cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta selatan,
Dki jakarta
INDONESIA
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat
Published by Kementerian Pertanian
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Science,
BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT adalah publikasi ilmiah yang diterbitkan oleh Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. Buletin ini memuat hasil penelitian terkait komoditas rempah dan obat yang belum diterbitkan pada media lain.
Arjuna Subject : -
Articles 10 Documents
Search results for , issue "Vol 19, No 2 (2008): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT" : 10 Documents clear
PENGARUH SALINITAS TERHADAP PERTUMBUHAN, PRODUKSI DAN MUTU SAMBILOTO (Andrographis paniculata Nees) M. Syakir Nur Maslahah; M. Januwati Januwati
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 19, No 2 (2008): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v19n2.2008.%p

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh salinitas terhadap per-tumbuhan, produksi dan mutu sambiloto. Pene-litian pottelahdilaksanakan di rumah kaca Cimanggu, Balittro Bogor mulai Juli sampai dengan Nopember 2007. Penelitian mengguna-kan Rancangan Acak Kelompok (RAK), yang terdiri atas 13 perlakuan dosis larutan NaCl dengan ulangan 3 kali. Setiap satuan percobaan terdiri atas 6 tanaman. Masing-masing perla-kuan adalah; N0 = Disiram air (tanpa NaCl) 2 hari sekali, N1= Disiram larutan NaCl 1 g/l (86 mM) 2 hari sekali , N2 = Disiram larutan NaCl 1 g/l 3 hari sekali, N3 = Disiram larutan NaCl 1 g/l/tan 4 hari sekali; N4 = Disiram larutan NaCl 2 g/l (172 mM) 2 hari sekali; N5 = Disiram larutan NaCl 2 g/l 3 hari sekali; N6 = Disiram larutan NaCl 2 g/l 4 hari sekali; N7 = Disiram larutan NaCl 3 g/l/tan (258 mM) 2 hari sekali; N8 = Disiram larutan NaCl 3 g/l 3 hari sekali, N9 = Disiram larutan NaCl 3 g/l 4 hari sekali;  N10 = Disiram larutan NaCl 4 g/l (344 mM) 2 hari sekali; N11 = Disiram larutan NaCl 4 g/l 3 hari sekali; N12 = Disiram larutan NaCl 4 g/l (344 mM) 4 hari. Tingkat pemberian air atau larutan 4 mm/hari. Parameter yang diamati adalah pertumbuhan tanaman (tinggi tanaman, jumlah cabang, luas daun), produksi (bobot segar dan kering pangkasan), dan mutu simpli-sia.Hasil penelitian menunjukkan bahwa ting-kat salinitas tidak berpengaruh terhadap per-tumbuhan tanaman (tinggi tanaman dan jumlah cabang), namun berpengaruh terhadap indeks luas daun, bobot segar terna, bobot segar batang dan bobot kering batang. Produksi segar pada perlakuan penyiraman NaCl 2 g/liter air interval 2 hari sekali diperoleh 69,14 g/tanam-an, dengan peningkatan 3,87% dibanding pada pemberian air optimun (52,33 g/tanaman). Penyiraman NaCl 1 g/l dengan interval penyi-raman 2 hari sekali menghasilkan kadar andro-grapolida simplisia tertinggi (1,18%) pening-katannya sebesar 1,06% dibandingkan dengan penyiraman air optimum 4 ml/hari (0,70%). 
ISOLASI SENYAWA BIOAKTIF PENOLAK (REPELLENT) NYAMUK DARI EKSTRAK ASETON BATANG TUMBUHAN LEGUNDI (Vitex trifolia) Mustanir Mustanir; Rosnani Rosnani
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 19, No 2 (2008): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v19n2.2008.%p

Abstract

Isolasi senyawa bioaktif penolak nyamuk dari ekstrak aseton batang tumbuhan legundi (Vitex trifolia) telah dilakukan di Jurusan Kimia FMIPA Universitas Syiah Kuala sejak Juni - Nopember 2006. Hasil uji fito-kimia, kelompok metabolit sekunder di dalam batang legundi adalah senyawa : alkaloid, steroid, terpenoid, saponin dan flavonoid. Hasil maserasi sampel sebanyak 2.500 g diperoleh ekstrak metanol kasar sebanyak 169,76 g. Eks-trak tersebut dipartisi dengan pelarut aseton, diperoleh ekstrak aseton sebanyak 50 g, se-dangkan ekstrak metanol (hasil partisi) se-banyak 92,71 g. Hasil kromatografi kolom vakum cair (KKVC) ekstrak aseton diperoleh 4 kelompok fraksi, masing-masing beratnya : 0,01 g; 0,1 g; 0,5 g dan 0,8 g. Selanjutnya eks-trak aseton fraksi 3 dan 4 diuji sifat penolaknya terhadap nyamuk dengan konsentrasi 1, 5, dan 10% terhadap tiga orang relawan selama satu jam. Secara umum dihasilkan bahwa baik eks-trak kasar maupun hasil fraksi aseton aktif sebagai repellen terhadap nyamuk. Berdasar-kan kromatografi gas-spektrum massa (KG-SM), ekstrak aseton mengandung senyawa pestisida antara lain : sekokondifolan dan jasmolin. 
EFEKTIVITAS FORMULA MINYAK SERAI WANGI TERHADAP PERTUMBUHAN KAPANG ASAL BUAH MERAH DAN SAMBILOTO Miftakhurohmah Miftakhurohmah; Rita Noveriza; Agus Kardinan
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 19, No 2 (2008): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v19n2.2008.%p

Abstract

Komponen utama minyak serai wangi adalah sitronela dan geraniol, yang memiliki sifat antibakteri dan antikapang, sehingga bisa dimanfaatkan sebagai pestisida nabati. Peneli-tian ini bertujuan untuk mengetahui daya ham-bat formula minyak serai wangi (air + elmul-sifier + minyak serai wangi 1%) terhadap ka-pang kontaminan asal ekstrak dan buah merah segar (Geotrichum sp, Fusarium culmorum, Ulocladium sp dan Fusarium sp) dan asal serbuk sambiloto (Aspergillus flavus). Peneli-tian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik (Balittro), pada Desember 2007 sampai dengan April 2008. Penelitian dilakukan dengan 2 metode : (1) Metode zona penghambatan, de-ngan dosis perlakuan 20 µl, kapang uji adalah kapang kontaminan asal buah merah segar; (2) Metode cawan dengan pengenceran bertingkat, kapang uji A. flavus, dengan beberapa konsen-trasi formula minyak serai wangi (0; 2; 5 dan 10%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar sitronela dalam formula minyak serai wangi yang diuji sebesar 1,54%. Formula mi-nyak serai wangi yang diuji memiliki kemam-puan menghambat pertumbuhan Geotrichum sp, Fusarium culmorum, Ulocladium sp dan Fusarium sp. Persentase penghambatan per-tumbuhan sebesar 16,07-66,67% pada 7 hari setelah perlakuan, dengan persentase pengham-batan terendah pada kapang Fusarium sp dan tertinggi pada Ulocladium sp. A. flavus tidak mampu tumbuh pada konsentrasi formula minyak serai wangi sebesar 10%, sedangkan pada konsentrasi 2 dan 5% menghambat per-tumbuhan A. flavus dengan daya hambat se-besar 11,78 dan 13,85%, pada hari ke-5 setelah perlakuan. 
PENGARUH PERENDAMAN DALAM ASAM ORGANIK DAN METODA PENGERINGAN TERHADAP MUTU LADA HIJAU KERING Nanan Nurdjannah; Hoerudin Hoerudin
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 19, No 2 (2008): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v19n2.2008.%p

Abstract

Dalam pembuatan lada hijau kering biasanya terjadi pencoklatan enzimatik yang menyebabkan hilangnya warna hijau sehingga membuat penampilannya menjadi tidak me-narik. Percobaan pencegahan reaksi pencok-latan dengan menggunakan asam sitrat, asam malat dan asam tartrat.pada pembuatan lada hijau kering telah dicobakan dengan perlakuan yang terdiri dari jenis asam (sitrat, malat dan tartrat), dengan 3 level konsentrasi (2, 3 dan 4%), serta 2 cara pengeringan (penjemuran dan oven). Percobaan dirancang secara Acak Leng-kap pola Faktorial dengan 2 ulangan. Hasil percobaan menunjukkan bahwa penggunaan asam sitrat, asam malat dan asam tartrat pada konsentrasi 2 persen, 3 persen dan 4 persen cukup efektif untuk mengurangi terjadinya reaksi pencoklatan enzimatik. Metode penge-ringan oven memberikan nilai kehijauan yang lebih baik dibandingkan dengan penjemuran. Hasil evaluasi sensori yang dilakukan pada atribut warna, rasa dan aroma lada hijau kering, menunjukkan bahwa produk yang dihasilkan dengan kombinasi perlakuan asam tartrat 2% dengan pengeringan oven lebih disukai dari-pada yang lainnya. Mayoritas parameter mutu lada hijau kering hasil penelitian telah meme-nuhi parameter mutu lada hijau kering yang tersedia di pasar. 
PENGARUH KELENGASAN TANAH TERHADAP DAYA BERTAHAN HIDUP Trichoderma harzianum DAN EFIKASINYA TERHADAP Phytophthora capsici L. Dyah Manohara
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 19, No 2 (2008): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v19n2.2008.%p

Abstract

Phytophthora capsici Leonian meru-pakan jamur penyebab penyakit busuk pangkal batang (BPB) pada tanaman lada. Saat ini penyakit BPB dapat ditemukan di seluruh daerah pertanaman lada di Indonesia dengan perkiraan kerugian pada akhir tahun 2007 se-besar Rp 19,6 milyar. Alternatif pengendalian yang bersifat ramah lingkungan dan relatif murah adalah menggunakan musuh alami dari jamur patogen tersebut. Berdasarkan hasil pe-nelitian secara in vitro, jamur Trichoderma harzianum (TSM) asal risosfera tanaman lada di Kebun Percobaan Sukamulya, Sukabumi merupakan antagonis P. capsici. Formulasi starter TSM yang terdiri dari campuran alang-alang dan tanah merupakan bentuk starter yang baik untuk diaplikasikan sebagai pengendali P. capsici. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi (1) pengaruh jenis tanah dan ke-lengasan tanah terhadap perkembangan T. harzianum asal formulasi starter; dan (2) pe-ngaruh waktu aplikasi starter TSM terhadap serangan P. capsici pada tanaman lada. Pene-litian dilakukan di laboratorium dan rumah kaca Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat sejak 2003 sampai dengan 2007. Tiga jenis tanah yang diuji adalah tanah asal Bogor (Latosol), Lampung (Latosol) dan Bangka (Podzolik) dengan kelengasan 40, 70 dan 100% kapasitas lengas. Hasil penelitian mengungkap-kan bahwa kelengasan tanah yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan propagul T. harzianum asal starter adalah 70% kapasitas lapang. Pola peningkatan populasi T. har-zianum pada tanah Bogor berbeda dengan tanah Bangka dan Lampung. Pada tanah Bogor, populasinya meningkat pada awal pengamatan (dua hari setelah diberi perlakuan starter), ka-rena tanah mangandung C-organik paling ting-gi dibandingkan tanah Bangka dan Lampung. Populasi jamur pada semua perlakuan ternyata mengalami penurunan setelah 3 minggu diin-kubasi. Pada tanah Bangka dan Lampung, populasi jamur tersebut berada stabil dalam keadaan rendah setelah 6 minggu sedang pada tanah Bogor, 9 minggu setelah inkubasi. Aplikasi starter T. harzianum harus dilakukan dua minggu sebelum inokulasi P. capsici di dalam tanah. Implikasi dari penelitian ini adalah, aplikasi starter T. harzianum (TSM) untuk mencegah terjadinya infeksi P. capsici harus dilakukan sebelum penanaman benih lada dan disertai dengan penambahan bahan organik. 
ANALISIS PENDAPATAN DAN DAYA SAING USAHATANI AKAR WANGI DI KABUPATEN GARUT JT. Yuhono
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 19, No 2 (2008): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v19n2.2008.%p

Abstract

Penelitian mengenai analisis penda-patan usahatani dan daya saing pengolahan minyak akar wangi telah dilakukan di Garut sejak Juli sampai dengan Agustus 2007. Tujuan penelitian untuk mengetahui pendapatan petani akar wangi, keunggulan komparatif dan kom-petitifnya di pasar internasional. Penelitian menggunakan metode survey. Untuk meng-analisis keunggulan komparatif digunakan har-ga bayangan (pseudo price), sedangkan untuk menganalisis keunggulan komparatif diguna-kan harga aktual yang terjadi. Data dianalisis dengan analisis input - output, benefit cost ratio dan analisis biaya sumber daya domestik (BSD) atau domestic resource cost (DRC). Di-tentukan dua desa sentra tanaman dan sentra industri penyulingan minyak akar wangi yaitu di desa Sukamukti dan Sukakarya. Hasil yang diperoleh adalah keuntungan bersih di desa Sukamukti Rp 12.417.500,-/ha/tahun dan          Rp 11.047.500,-/ha/tahun bila ditanam secara monokultur dengan B/C ratio 1,8. Hasil analisis BSD menunjukkan bahwa industri pengolah minyak akar wangi di desa Sukamukti dan Sukakarya mempunyai keunggulan komparatif dan kompetitif. Data tersebut menunjukkan bahwa industri penyulingan minyak akar wangi yang produknya ditujukan untuk eskspor mem-butuhkan biaya sumberdaya domestik lebih ke-cil dibandingkan dengan harga ekspornya. BSD yang diperlukan untuk menghasilkan devisa negara sebesar 1 US dolar dibutuhkan sumber-daya dalam negeri sebesar Rp 6.257,77 di desa Sukamukti dan Rp 7.616,36 di desa Sukakarya. Koefisien biaya sumberdaya domestik (KBSD) kurang dari 1, yaitu sebesar 0,6987 untuk desa Sukamukti dan 0,8344 untuk desa Sukakarya. 
KARAKTERISTIK MORFOLOGI BUNGA KENCUR (Kaempferia galanga L.) Wawan Haryudin; Otih Rostiana
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 19, No 2 (2008): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v19n2.2008.%p

Abstract

Bunga kencur tergolong bunga sempurna yaitu memiliki benang sari dan putik. Penelitian bertujuan untuk mempelajari biologi bunga tanaman kencur yang dilaksanakan di Rumah Kaca Pemuliaan Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik (Balittro) Bogor sejak Januari – Desember 2007. Parameter yang diamati adalah jumlah kelopak, warna kelopak, panjang dan lebar kelopak, warna mahkota, jumlah mahkota, panjang dan lebar mahkota, panjang kotak sari, lebar kotak sari, panjang tangkai putik, lebar kepala putik, panjang bunga, panjang tabung bunga, dia-meter tabung bunga, jumlah tepung sari (Pollen) fertil, jumlah tepung sari steril, per-sentase fertilitas dan sterilitas tepung sari. Data dianalisis dengan menggunakan Anova. Jika terdapat beda nyata pada setiap perlakuan di-lanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan. Hasil analisis menunjukkan morfologi kelopak bunga terpanjang pada V1 (2,30 cm) berbeda nyata dengan V5 tetapi tidak berbeda nyata dengan nomor lainnya. Sedangkan panjang mahkota bunga terdapat pada V4 (1,61 cm) berbeda nyata dengan V5 tetapi tidak berbeda nyata dengan nomor lainnya. Lebar kelopak, lebar mahkota, jumlah kelopak dan jumlah mahkota tidak berbeda nyata dari masing-masing nomor. Morfologi bunga jantan dan bunga betina dari masing-masing parameter yang dianalisis tidak berbeda nyata. Warna bunga kencur putih pada nomor V2 dan ungu terdapat pada nomor V1, V3, V4 dan V5. Bunga kencur merupakan jenis bunga yang termasuk kedalam bunga majemuk yang sem-purna (lengkap) karena terdapat bunga jantan dan bunga betina dalam satu anak bunga. Bunga jantan dan bunga betina matang bersamaan pada saat kuntum mekar penuh dengan masa reseftifitas 5 jam. Reseftifitas bunga jantan ditandai adanya warna kuning pada kotak sari sedangkan reseftifitas bunga betina ditandai ligula pada kepala putik sudah rontok dan terdapat lubang menganga di kepala putik. Fertilitas tepung sari sangat tinggi berkisar antara 97,20-99,14 %. 
PENGARUH MINYAK JAHE MERAH, PALA DAN SELASIH TERHADAP Helopeltis antonii Sign PADA INANG ALTERNATIF Warsi Rahmat Atmadja
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 19, No 2 (2008): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v19n2.2008.%p

Abstract

Penelitian minyak jahe merah, pala dan selasih terhadap H. antonii Sign. dilakukan di laboratorium Kelompok Peneliti Hama dan Penyakit, Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Bogor sejak April sampai September 2005. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh minyak jahe merah, pala dan selasih terhadap H. antonii. Perlakuan minyak jahe merah, pala dan selasih masing-masing terdiri dari : 6; 3; 1,5; 0,75% dan 0% (kontrol). Apli-kasi dilakukan dengan dua cara yaitu aplikasi pada serangga dan aplikasi pada pakan (men-timun). Infestasi H. antonii dewasa masing-masing perlakuan 10 ekor. Pengamatan dilaku-kan setiap hari dengan cara menghitung tingkat kematian H. antonii. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 13 per-lakuan dan 3 ulangan. Hasil penelitian menun-jukan bahwa : larutan minyak jahe merah dengan konsentrasi 6% efektif terhadap H. antonii sejak 6 hsa dengan tingkat mortalitas 83,33% dengan cara semprot serangga. Larutan minyak pala konsentrasi 6% efektif terhadap H. antonii pada 8 hsa dengan mortalitas 86,7% dengan cara semprot serangga. Larutan minyak selasih konsentrasi 6% juga efektif terhadap H. antonii sejak 5 hsa dengan mortalitas mencapai 80% dengan cara semprot serangga. Larutan minyak jahe merah dan pala konsentrasi 6% efektif tehadap H. antonii pada 8 hsa dengan tingkat mortalitas 96,67% dan 83,33% dengan cara semprot pada mentimun (pakan). Larutan minyak jahe merah, pala dan selasih diduga mempunyai peran sebagai insektisida nabati yang bersifat racun kontak. 
MULTIPLIKASI TUNAS, AKLIMATISASI DAN ANALISIS MUTU SIMPLISIA DAUN ENCOK (Plumbago zeylanica L.) ASAL KULTUR IN VITRO PERIODE PANJANG Sitti Fatimah Syahid; Natalini Nova Kristina
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 19, No 2 (2008): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v19n2.2008.%p

Abstract

Penelitian dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan dan Fisiologi Hasil, Balai Pe-nelitian Tanaman Obat dan Aromatik, Bogor mulai Juni 2005 – Juli 2006. Penelitian ber-tujuan untuk mengetahui pengaruh kultur In Vitro terhadap multiplikasi, aklimatisasi, mutu dan kandungan bahan aktif tanaman daun encok. Bahan tanaman yang digunakan adalah tunas pucuk tanaman daun encok hasil kultur in vitro periode panjang berumur tujuh tahun. Untuk multiplikasi tunas, perlakuan yang diuji adalah: Benzyl Adenin (BA) 0,1 mg/l (kon-trol); BA 0,1 mg/l + Thidiazuron 0,01 mg/l; BA 0,1 mg/l + Thidiazuron 0,05 mg/l; BA 0,1 mg/l + Thidiazuron 0,1 mg/l dan BA 0,1 mg/l + Thidiazuron 0,15 mg/l. Rancangan yang digu-nakan adalah Acak Lengkap dengan sepuluh ulangan. Parameter yang diamati adalah jumlah tunas, daun dan akar serta panjang tunas in vitro. Tanaman diaklimatisasi di rumah kaca dan langsung diobservasi. Parameter yang diamati adalah jumlah anakan, jumlah daun dan tinggi tanaman. Analisis mutu dilakukan terhadap kadar air, kadar abu, kadar sari larut dalam alkohol dan kadar sari larut dalam air serta kandungan bahan aktifnya dengan meng-gunakan GCMS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi perlakuan BA 0,1 mg/l + thidiazuron 0,05 mg/l menghasilkan jumlah tunas dan daun terbanyak serta tunas terpan-jang dalam waktu dua bulan. Morfologi tanam-an hasil kultur in vitro sama dengan induk di rumah kaca dalam hal batang, daun dan visual tanaman. Hasil analisis mutu menunjukkan bahwa kadar sari larut dalam air dan larut dalam alkohol asal kultur in vitro lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman daun encok asal lapang dan MMI. Selain itu senyawa steroid dapat dideteksi pada tanaman asal kultur in vitro. Hasil analisis GCMS menunjukkan kan-dungan senyawa aktif  tertinggi adalah phytol (26,13%). 
BIOLOGI KUTU PUTIH Dysmicoccus brevipes COCKERELL (HEMIPTERA : PSEUDOCOCCIDAE) PADA TANAMAN NENAS DAN KENCUR Juliet M. Eva Mamahit; Syafrida Manuwoto; Purnama Hidayat; Sobir Sobir
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 19, No 2 (2008): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v19n2.2008.%p

Abstract

Kutu putih Dysmicoccus brevipes me-rupakan hama utama pada perkebunan nenas, memiliki kisaran inang yang luas (lebih dari 100 spesies tanaman). Penelitian bertujuan untuk mengetahui beberapa parameter biologi kutu putih pada tanaman nenas (Ananas comosus L. Merr.) dan kencur (Kaempferia galanga L.). Penelitian dilaksanakan sejak Mei sampai dengan Juli 2007 di laboratorium dan lapangan. Penelitian menggunakan dua jenis tanaman inang yaitu nenas dan kencur pada kondisi laboratorium. Sampel kutu putih di-ambil dari lapang dan diidentifikasi. Crawler (nimfa instar-1) dipelihara sampai menjadi imago masing-masing pada daun nenas dan rimpang kencur yang diletakkan dalam petridis. Hasil penelitian menunjukkan kutu putih dapat hidup dan berkembang pada tanaman nenas dan kencur. Nimfa mengalami tiga kali ganti kulit sebelum menjadi imago. Total lama per-kembangan nimfa sekitar 32,10± 0,33 hari pada nenas dan menunjukkan perbedaan nyata pada kencur (35,55±0,43 hari). Lama perkembangan nimfa instar-1 sekitar 11,45±0,29 hari pada nenas dan sekitar 12,95± 0,33 hari pada kencur. Lama perkembangan nimfa instar 2 sekitar 9,85±0,29 hari pada nenas dan sekitar 11,05± 0,34 hari pada kencur. Sedangkan lama per-kembangan nimfa instar 3 sekitar 10,80±0,31 hari pada nenas dan 11,55±0,20 hari pada kencur. Lama hidup imago sekitar 20,40±0,74 hari pada nenas dan 20,20±0,57 hari pada ken-cur. Hasil analisis menunjukkkan masa pra-oviposisisi dan lamanya imago meletakkan anaknya sangat dipengaruhi secara nyata oleh tanaman inang.  

Page 1 of 1 | Total Record : 10


Filter by Year

2008 2008


Filter By Issues
All Issue Vol 32, No 2 (2021): Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 32, No 1 (2021): Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 31, No 2 (2020): Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 31, No 1 (2020): Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 30, No 2 (2019): Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 30, No 1 (2019): Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 29, No 2 (2018): Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 29, No 1 (2018): Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 28, No 2 (2017): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT Vol 28, No 1 (2017): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT Vol 27, No 2 (2016): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT Vol 27, No 1 (2016): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT Vol 26, No 2 (2015): Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 26, No 1 (2015): Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 25, No 2 (2014): Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 25, No 1 (2014): Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 24, No 2 (2013): Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 24, No 2 (2013): Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 24, No 1 (2013): Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 24, No 1 (2013): Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 23, No 2 (2012): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT Vol 23, No 1 (2012): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT Vol 22, No 2 (2011): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT Vol 22, No 1 (2011): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT Vol 21, No 2 (2010): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT Vol 21, No 1 (2010): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT Vol 20, No 2 (2009): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT Vol 20, No 1 (2009): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT Vol 19, No 2 (2008): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT Vol 19, No 1 (2008): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT Vol 18, No 2 (2007): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT Vol 18, No 1 (2007): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT Vol 17, No 2 (2006): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT Vol 17, No 1 (2006): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT Vol 16, No 2 (2005): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT Vol 16, No 1 (2005): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT Vol 15, No 2 (2004): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT Vol 15, No 1 (2004): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT Vol 14, No 2 (2003): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT Vol 14, No 2 (2003): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT Vol 14, No 1 (2003): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT Vol 13, No 2 (2002): Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 13, No 1 (2002): Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 12, No 1 (2001): Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 11, No 2 (2000): Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 10, No 1 (1999): Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 9, No 2 (1994): Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 9, No 1 (1994): Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 8, No 2 (1993): Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 8, No 1 (1993): Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 7, No 2 (1992): Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 7, No 1 (1992): Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 6, No 2 (1991): Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 6, No 1 (1991): Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 5, No 2 (1990): Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 5, No 1 (1990): Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 4, No 2 (1989): Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 4, No 1 (1989): Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 3, No 2 (1988): Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 3, No 1 (1988): Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 2, No 2 (1987): Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 2, No 1 (1987): Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 1, No 2 (1986): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT Vol 1, No 1 (1986): Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat More Issue